Jumat, 29 Maret 2024 pk. 18.00, para petugas liturgi berarak menuju ke altar. Pakaian mereka didominasi warna merah. Suasana hening dan khidmat. Sesampai di depan altar, Romo FX Sugiyana, Pr meniarap selama beberapa saat. Setelah itu, ayat-ayat kitab suci mulai dibacakan. Salah satunya adalah kisah sengsara Yesus Kristus yang diambil dari Injil Yohanes.
“Kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus yang disampaikan dengan bagus, bisa membawa kita pada pengalaman saat itu. Kita bisa bertanya, adakah orang yang banting tulang hingga menderita untuk kita agar kita bisa bertumbuh? Adakah orang yang ketika kita jatuh ia berjuang untuk kita? Tentu ada begitu banyak orang yang turut memperjuangkan hidup kita sampai seperti sekarang ini. Yesus sendiri berjuang untuk kita semua agar kita selamat, kita tidak binasa, kita tidak terbelenggu oleh dosa,” tutur Romo Sugi.
Lebih lanjut Romo Sugi menegaskan, kematian Yesus adalah kematian dosa-dosa kita. Ia mati supaya kita hidup. Mari kita jaga hidup kita yang telah dibebaskan dari dosa itu. Ia pun menghendaki kita untuk berbuat baik dan mau berkorban untuk orang lain. Seluruh hidup kita bernilai ketika kita bisa membantu orang lain, berbuat seperti Yesus berkorban untuk kebaikan.
Usai homili dan doa umat, salib besar yang masih berselubung kain merah di pintu utama gereja dibawa menuju ke altar. Di tempat itu, Romo Sugi membuka selubung sambil menyanyikan ‘Lihatlah Kayu Salib’. Selanjutnya, Romo memimpin umat untuk melakukan penghormatan salib.
Alb. Goentoer Tjahjadi