Pelaksanaan Uji Kompetensi Program Pelatihan Rias Pengantin Tradisional

Gending Jawa mengalun lembut di Ruang Petrus Gereja SPM RRS Randusari Katedral Semarang, Minggu (20/8). Selembar karpet merah membelah ruangan itu menjadi dua bagian, kanan dan kiri. Ada masing-masing lima perias pengantin di sana yang siap beraksi. Mereka adalah sepuluh Peserta Kelas Pelatihan Tata Rias Pengantin Tradisional Jawa Gaya Solo Putri tingkat Terampil yang sore itu sedang melaksanakan uji kompetensi program pelatihan rias pengantin tradisional yang diadakan oleh Timpel PSE Bidang Pelayanan Kemasyarakatan.

Kegiatan ini berawal dari usulan Bapak Bernardus Mashuri Joko Wiyono yang bertujuan untuk nguri-uri budaya Jawa di tengah dinamika kehidupan menggereja dan melihat tingginya intensitas kegiatan gereja yang membutuhkan sentuhan MUA (Make Up Artist). Usulan ini mendapat sambutan positif dari Timpel PSE karena sejalan dengan rencana kerjanya yang ingin memberdayakan perempuan agar memiliki nilai tambah sehingga dapat mendukung perekonomian keluarga. Selain itu, agar mereka juga bisa menjadi pelaksana sabda (perutusan) melalui budaya di masyarakat sekaligus melayani di dalam Gereja, contohnya apabila ada kegiatan di gereja yang membutuhkan perias, sudah ada tim perias di bawah Timpel PSE yang bisa membantu tanpa mencari perias di luar gereja. Dengan demikian, dana gereja yang selama ini keluar dapat dialihkan kembali kepada umat yang memiliki keterampilan.

romo Herman dengan eyang Bagyo dan Ibu Lapin
(dari Kiri-Kanan) Eyang Bagyo, Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro, Pr, dan Ibu Lapin Hadisutjipto

Kegiatan ini berlangsung selama tiga bulan, terbagi dalam 12 kali pertemuan. Uji kompetensi menjadi puncak dari kegiatan ini. Dari 36 pendaftar, ada 12 peserta yang lolos. Eyang Bagyo mengajak panitia dan peserta pelatihan, yang semula 12 orang (diibaratkan sebagai 12 Rasul) dan pada akhirnya menjadi 10 orang untuk mengawali kegiatan dengan menyanyikan dua lagu pujian, “Yesus Pokok” dan “Ku Mau Cinta Yesus” diakhiri dengan doa. Selain itu, setiap pkl. 12.00 WIB, didaraskan doa Malaikat Tuhan. Ada pun moto yang digunakan selama pelatihan adalah “Anak Yesus, Yess” diambil dari Mat 28:18-20. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Panitia menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan peserta selama kelas berlangsung, mulai dari kebutuhan make up dasar, hairspray hingga bunga imitasi di setiap pelatihan sebagai penghias sanggul. Peserta diminta menyediakan model dalam setiap pertemuan kelas. Pengecualian untuk uji kompetensi, panitia membantu asesoris dan bunga segar yang dikoordinasi oleh panitia dan peserta mengganti harga bunga segar. Diharapkan peserta telah memiliki perlengkapan dan peralatannya sendiri sebagai bentuk kesiapan untuk terjun ke masyarakat. Pemberdayaan perempuan sebagai bagian dari kegiatan menggereja sejalan dengan semangat Eyang Bagyo selaku pengajar dalam kegiatan ini.

Penyusun kurikulum pelatihan sekaligus pengajar Kelas Rias Pengantin Tradisional Solo Putri ini adalah Ibu Veronica Harmini Bagyo, atau yang akrab disapa Eyang Bagyo. Bersama timnya, yaitu Mbak Anastasia Pera dan Mbak Katarina Alexandria Dian Noviana, Eyang Bagyo membimbing para peserta mulai dari praktek dasar pengaplikasian make up hingga bagaimana cara berjalan yang benar ketika mengenakan pakaian tradisional pengantin putri Jawa dan kebaya. Selain itu, Eyang Bagyo bersama dengan Ibu Lapin Hadisutjipto akan menjadi penilai dalam kegiatan tersebut. Keduanya merupakan anggota senior HARPI (Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia) Melati cabang Semarang.

Pelatihan ini dilaksanakan full praktek dan pengajarannya dipadatkan agar peserta dapat segera mempraktekkan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat. Pada setiap pertemuan, peserta diwajibkan untuk membawa model sebagai “kanvas kosong”. Tata rias pengantin tradisional Jawa yang diambil adalah tata rias pengantin Solo Putri. Pemilihan tata rias pengantin Solo Putri sebagai materi pembelajaran karena selain mengikuti anjuran dan mengapresiasi sikap Romo Paroki Katedral Semarang untuk nguri-uri budaya Jawa, Eyang Bagyo juga melihat tingkat kesulitan dalam tata rias pengantin Solo Putri yang cukup kompleks. Ia berharap, ketika sudah dapat mengaplikasikan tata rias tradisional yang sulit akan jauh lebih mudah ketika menata rias untuk make up modern. Selain itu, berdasarkan pengalaman Eyang Bagyo sebagai penata rias pengantin Jawa, tata rias pengantin tradisional Solo-lah yang paling diminati di kota Semarang dan sekitarnya.

Tidak hanya tata rias, Eyang Bagyo juga mengajarkan cara tampil dan bersikap di atas panggung, serta yang terpenting sikap dasar seorang penata rias. Seorang penata rias yang baik harus memiliki sikap dan etika yang sesuai dengan budaya Jawa, tidak hanya dari keterampilan, yang terpenting adalah penampilan dan attitude yang baik, presentasi diri sebagai bentuk penghargaan pada diri sendiri. Eyang Bagyo mencontohkan dengan dirinya sendiri yang selalu mengenakan kebaya lengkap beserta tata rias dan asesorisnya dalam setiap pertemuan. Kharisma seorang penata rias akan muncul bersamaan dengan rasa percaya diri perias itu sendiri, sehingga penting untuk seorang penata rias memiliki sikap dan etika. Harapannya, rasa percaya diri penata rias dapat mengalir ke pengantin atau orang yang diriasnya. Tidak heran diusianya yang hampir menginjak 78 tahun, Eyang Bagyo masih tampak cantik, segar, enerjik, dan memiliki kharismanya sendiri. Pesan Eyang Bagyo, di mana pun kita, sebagai apapun kita, jangan lupa kalau Tuhan mengutus kita melakoni talenta yang dikaruniakan, dikembangkan, diwariskan kepada siapa saja, terlebih generasi penerus supaya berbuah kasih.

Penilaian uji kompetensi meliputi beberapa kriteria, yaitu make uppaes, tata rambut, pemakaian perhiasan, pemasangan bunga, busana dan penampilan, serta keserasian penampilan penata rias dan model. Para peserta dan model mendapat kesempatan untuk berjalan di atas karpet dan berputar tepat di depan penilai agar dapat dilihat ketepatan pengaplikasian setiap kriteria yang telah ditentukan. Para Calon Perias (Caperi) akan dikukuhkan menjadi perias oleh Romo Paroki SPM RRS Katedral Semarang pada 8 Oktober 2023 mendatang setelah acara Fashion Show sebagai bagian dari perayaan puncak HUT Gereja SPM RRS Randusari Katedral Semarang.

Seusai acara, para peserta, panitia, dan pengajar merasa lega, bahagia sekaligus haru. Selama berproses tiga bulan bersama membuat tali ikatan antar peserta tumbuh hingga muncul rasa persaudaraan seperti yang diungkapkan oleh Ana Maria Novia Rini, ”Selain menambah ilmu dan wawasan, kegiatan ini juga menambah saudara.” Kelegaan peserta juga sejalan dengan harapan mereka yang ingin dapat berbuah dengan melayani umat, tidak hanya di gereja, tetapi juga di masyarakat sekitar.

Selamat berbuah, semangat berkarya, dengan tetap nguri-uri budaya Jawa.

 

Bernadetta Esti W.U.

Redaksi Majalah BERKAT

Komsos Katedral Semarang
Jl. Pandanaran No. 9, Semarang 50244 Jawa Tengah

© Komsos Katedral 2024