Para Putra Altar berjalan perlahan menuju ke altar mengiringi Rm. FX. Sugiyana Pr. Sesampai di depan altar, Romo Sugi berdoa sejenak dalam batin sambil meniarap. Itulah prosesi yang mengawali Ibadat Jumat Agung di Gereja SPM RRS Randusari Katedral Semarang, Jumat (7/4) pk. 18.00.
Dalam homilinya Romo Sugi mengungkapkan, peristiwa Jumat Agung yang kita rayakan bersama malam ini menyatakan kepada kita bahwa cinta Tuhan kepada kita tidak main-main. Ketika kita dibelenggu oleh kuasa dosa, saat hidup kita mengarah pada kebinasaan, Yesus membela dan mempertaruhkan hidupnya pada kematian.
Orang-orang yang dikuasai dosa merasa gagah. Mereka ingin menyingkirkan Yesus yang membela kebenaran dan membawa kehidupan. Pilatus sang pemimpin tidak berani melawan rakyat. Orang berdosa mereka pilih, sementara Yesus yang membawa kebenaran dan kehidupan mereka tuntut dengan hukuman mati. Inilah kuasa dosa, kuasa kelaliman.
Namun, di hadapan semua itu Yesus tidak gentar. Yesus tidak mundur selangkah pun meskipun tahu Dia akan mati disalib. Alasannya karena cinta-Nya pada kehidupan, agar manusia selamat. Harga diri kita lebih tinggi dari hidup-Nya supaya hidup kita terbebas dari belenggu dosa sehingga mampu menimba rahmat dari Allah sendiri.
Dari peristiwa Jumat Agung ada dua hal yang bisa kita simpulkan: (1) betapa dosa itu mengakibatkan kebinasaan bagi hidup kita, kematian orang lain bahkan kematian Yesus sendiri, (2) kasih Allah begitu besar kepada kita. Ia merelakan putranya sendiri mati disalib sebagai tebusan atas dosa-dosa kita sehingga hidup kita dibarui.
“Jumat Agung menjadi saat yang tepat untuk mematikan dosa yang bercokol dalam diri kita apapun bentuknya agar kita turut dibangkitkan bersama Kristus. Semoga kita berani mematikan dosa dalam diri kita dan mau ikut serta dalam kebangkitan Tuhan,” tutup Romo Sugi mengakhiri homilinya.
Alb. Goentoer Tj