Kedai Kasih Ngisor Asem

“Marilah kita mencintai bukan dengan kata-kata melainkan dengan perbuatan!”
Satu tahun paska penutupan Yubelium Agung Tahun Kerahiman, Bapa Suci Paus Fransiskus mencanangkan Hari Orang Miskin Sedunia. Peringatan ini untuk pertama kalinya akan dirayakan pada tanggal 19 November 2017. Iman akan Allah Yang Maharahim tidak berhenti pada kedamaian hati masing-masing pribadi melainkan menuntut perwujudan iman yakni mengasihi sesama sebagaimana Allah mengasihi manusia dan seluruh alam semesta. Umat Beriman Kristiani diajak untuk mewujud-nyatakan pengalaman rohani itu dengan semangat persaudaraan dan solidaritas sebagaimana Sang Guru –Tuhan Yesus- maklumkan kepada orang-orang miskin yang berbahagia dan para ahli waris Kerajaan Surga (Mat 5:3).

Kepedulian terhadap orang-orang miskin ternyata sudah mengakar sejak Gereja Perdana. “Mereka menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (Kisah 2: 45).” Saat fasilitas dunia sekarang mengkerdilkan perjumpaan dan keramahtamahan diasingkan oleh berbagaimacam aplikasi pada telepon pintar, sudah saatnya Gereja sebagai rumah kita bersama mengingatkan kembali untuk hidup saling berbagi. Rasanya sudah cukup kita berdebat tentang kemiskinan serta bernegosiasi mengenai cara pengentasannya.

Sebagaimana keteladanan St. Fransiskus Asisi untuk merangkul para penderita kusta, memberikan yang ia miliki, dan tinggal bersama dengan mereka, kita semua diajak untuk menanggapi undangan Gereja yaitu memberikan kesaksian nyata yang berdaya ubah melalui Roh Cinta Kasih. Inilah perwujudan peri-hidup Kristiani. Demikianlah Bapa Suci sebagai gembala Gereja mengarahkan kita semua agar lebih peka terhadap penderitaan sesama. Saat perayaan Ekaristi –puncak dan sumber hidup Kristiani-, kita menyantap Tubuh Kristus. Adalah Tubuh yang penuh bilur, luka dan menderita demi keselamatan seluruh alam semesta. Sudah sepantasnyalah kita memiliki ketergerakan hati untuk berjumpa, bertatap muka, merangkul, dan saling meneguhkan dalam kehangatan akan kasih yang mengentaskan kesepian bagi saudara dan saudari kita; khususnya bagi saudara-saudari yang miskin dan mederita.

Federation of Asian Bishop’s Conferences (FABC) atau yang lebih familiar disebut dengan perkumpulan uskup-uskup Asia mencoba memetakan Gereja Asia dalam dokumen Missio Inter Gentes (Pewartaan di antara Bangsa-Bangsa). Dokumen itu salah satunya berisi tentang ulasan mengenai ciri khas Gereja Asia. FABC menetapkan ada tiga hal pokok yang perlu mendapat tekanan dalam misi mewartakan Kabar Gembira di Asia yakni dialog antar agama dan keyakinan, dialog dengan keragaman budaya, serta dialog dengan kemiskinan. Nafas dan gerakan Gereja Asia hendaknya mengingat tiga point ini. Gereja memposisikan diri sebagai hamba dan lambang Kerajaan Allah. Gereja ialah bangunan yang otentik, terlibat untuk mempromosikan kepenuhan kehidupan dalam dialog terus menerus dengan kebudayaan, agama di Asia dan menceburkan diri/ immersion pada kemiskinan untuk ‘mentas’ bersama (pemikiran Amalados, Teolog Asia).

Perihal mengenai kemiskinan menjadi medan pelayanan serta kesaksian bagi Gereja secara universal. Dalam suratnya saat melayangkan undangan kepada seluruh Umat Allah mengenai Hari Orang Miskin Sedunia ini, Bapa Suci berpesan “Jika kita ingin membantu mengubah sejarah dan memajukan pembangunan sejati, kita harus mendengar seruan orang-orang miskin dan berupaya mengakhiri keterpinggiran mereka.” Maka dari itu, ajakan Bapa Suci untuk makin peduli pada saudara/ saudari kita yang menderita dan dikecualikan karena kemiskinan perlu ditanggapi secara serius oleh Keuskupan Agung Semarang dengan menggugah setiap umat paroki, komisi Dewan Karya Pastoral, komunitas Religius, komunitas/ paguyuban Katolik dan segenap Jaringan Kelompok Doa untuk berperan aktif mendukung hal ini.

Sebagai Mater et Caput –Ibu dan Kepala-, sudah layaklah Paroki Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Katedral Semarang menjadi pelopor bagi gerakan ini. Ibu tak akan pernah tinggal diam saat anaknya menderita atau kepala –yang penuh syaraf sensorik dan motorik- tetap tak bergeming sewaktu bagian tubuh lain mengalami gangguan. Semoga Hari Orang Miskin Sedunia menjadi salah satu momentum kita bersama untuk “Mewujudkan Peradaban Kasih dalam Masyarakat Indonesia yang Sejahtera, Bermartabat dan Beriman” sebagai cita-cita luhur RIKAS 2016-2035.

Bentuk Kegiatan
Berpijak dari pesan dari Bapa Suci ini, kami Bidang Pelayanan Kemasyarakatan Paroki Randusari Katedral bersama Para Relawan Kedai Kasih mengajak seluruh Umat untuk terlibat aksi nyata dalam Gerakan Bhakti Solidaritas dengan gerakan kasih memberi makan saudara/ saudari yang kurang beruntung. Kami menyediakan ‘Kedai Kasih Ngisor Asem’ (disingkat dhe’Sih Sorsem) setiap Hari Minggu jam 11.00 – 12.00 WIB setelah Misa Ketiga.

Mekanisme
1. Untuk setiap Pelayanan Kedai Kasih, dari tim dhe’sih sorsem menyediakan 150 porsi makan siang untuk saudara-saudari yang kurang beruntung.
2. Teknis Pelayanan Dhe’Sih Sorsem yakni melalui pembagian kupon yang digunakan sebagai alat tukar untuk mendapatkan satu porsi makan siang. Distribusi kupon dilaksanakan oleh tim distribusi kupon pada H-1 atau hari Sabtu, bagi mereka yang belum memperoleh kupon pada H-1 atau hari Sabtu; dari tim juga menyediakan kupon yang bisa diperoleh dilokasi pelayanan kedai kasih pada saat kegiatan berlangsung (Hari Minggu).
3. Pada hari Sabtu dan Minggu, dari tim Gerakan Bhakti Solidaritas Kedai Kasih menyediakan kotak donasi umat (sukarela) yang disediakan di pintu-pintu masuk Gereja. Hasil dari pengumpulan donasi umat digunakan untuk modal Dhe’Sih Sorsem pada minggu berikutnya.
4. Hasil donasi umat yang terkumpul ( dari kotak donasi maupun melalui rekening: BCA 00910 55 600 an/PGPM SPM RATU ROSARIO SUCI ) kami catat dan kami laporkan kepada Umat melalui teks misa pada tiap bulannya.
5. Tim Kedai Kasih bekerjasama dengan Usaha Kecil Mikro/ Menengah di sekitar paroki Katedral untuk menyediakan makanan sekaligus menambah penghasilan bagi unit usaha kecil yang bergerak di bidang kuliner.

Tim Kedai Kasih bersama para relawan berharap besar, semoga Gerakan Bhakti Solidaritas “Kedai Kasih Ngisor Asem” ini makin mengasah hati nurani serta meningkatkan kesadaran untuk hidup berbagi terlebih bagi sesama yang membutuhkan. Inilah aksi nyata kita membumikan Injil seraya membuka lebar pintu Gereja bagi mereka yang kurang mendapat kepastian dan kekurangan kebutuhan pokok dalam kehidupan.

Komsos Katedral Semarang
Jl. Pandanaran No. 9, Semarang 50244 Jawa Tengah

© Komsos Katedral 2024