“… pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 2:12)
merupakan tema pesan Natal PGI-KWI tahun ini. Kutipan Injil tersebut memang tidak dibacakan dalam perayaan Natal malam ini, namun akan dibacakan saat Epifani. Kutipan tersebut menjadi akhir dari kisah para Majus yang datang dari timur menyembah Sang Raja bangsa Yahudi. Dalam pencariannya, para Majus tersebut datang ke istana Herodes terlebih dahulu. Barangkali mereka menyangka bahwa Sang Raja tentu berasal dari kalangan kerajaan dan mereka tidak menemukannya. Setelah mereka berjumpa dengan Sang Raja di Betlehem, akhirnya mereka pulang melalui jalan lain. Herodes menjadi simbol kuasa gelap dan kedosaan.
Perjumpaan para Majus dengan Yesus membawa mereka ke jalan baru. Mereka meninggalkan jalan kegelapan dan dosa, dan menghidupi jalan damai bersama Sang Terang. Demikian pula semestinya hidup kita. Malam ini kita datang merayakan Natal, berjumpa dengan Sang Terang, agar kita meninggalkan jalan hidup kita yang lama, yang gelap karena dosa, untuk selanjutnya menghidupi jalan baru, jalan damai. Damai bersama Tuhan, sesama dan alam ciptaan.
jangan takut
Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya menyerukan kepada bangsa Israel yang meninggalkan jalan kegelapan dengan hadirnya Sang Terang dalam kehidupan mereka. Dalam bacaan Injil malam ini, para gembala pun mendapatkan kabar gembira, bukan hanya bagi bangsa Israel saja tetapi bagi seluruh bangsa. Seruan pertama malaikat kepada para gembala adalah “jangan takut”. Tidak ada ketakutan ketika hidup dalam damai. Ini menjadi kabar damai bagi seluruh umat manusia dari segala suku dan bangsa.
jalan lain
Lalu bagaimana “jalan lain” atau jalan damai ini mesti kita hidupi. Bacaan kedua, surat dari Santo Paulus kepada Titus memberikan gambaran. “Kasih karunia itu mendidik kita agar meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi, dan agar kita hidup bijaksana, adil dan beribadah, di dunia sekarang ini”. Kita diajak menempuh jalan damai, yakni dengan hidup bijaksana. Bijaksana dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Jangan sampai apa yang kita lakukan dan katakan akan menyakiti sesama, merusak persaudaran dan keutuhan alam ciptaan. Kita mesti menjaga diri kita menjauhkan diri dari ujaran kebencian, hoax dan merendahkan orang lain. Gunakan media sosial untuk mewartakan kabar gembira dan kebaikan. Kita semestinya berlaku adil dan melakukan kebaikan pada sesama, jangan malah menindas dan menyengsarakan orang lain demi kesenangan sendiri. Dan akhirnya kita juga diajak untuk tekun beribadah, menyediakan waktu untuk Tuhan dalam doa dan beribadah, terutama dengan merayakan Ekaristi.
“Merayakan Natal, berarti kita merayakan kehadiran Yesus, Sang Terang dalam diri kita, yang mengubah jalan hidup kita menjadi lebih baik.”
Kisah berikut ini, semoga memberikan sedikit gambaran bagaimana semestinya kita setelah berjumpa dengan Sang Terang.
Berubah Menjadi Lebih Baik
Ada seorang bapak yang mau dibaptis ditanyai beberapa pertanyaan untuk menguji pengetahuan dari bapak tersebut tentang Yesus. Penguji bertanya, “Pak, kapan Yesus lahir?” Bapak itu menjawab, “saya tidak tahu.” Penguji bertanya lagi, “Siapa ayah dan ibu Yesus?” Bapak itu menjawab, “saya tidak tahu.” Kembali penguji bertanya,“Dimana Yesus wafat?” Bapak itu juga menjawab, “saya tidak tahu.” Orang yang bertanya menjadi kesal dan marah, katanya, “kalau begitu apa yang bapak ketahui tentang Yesus.” Kemudian Bapak itu menjawab, “yang saya ketahui ialah bahwa dulu aku seorang pemabuk dan penjudi, saya sering pulang malam dan memukuli istriku. Keluargaku berantakan. Namun setelah mengenal Yesus, aku tidak lagi mabuk dan judi. Keluargaku saling mengasihi. Anak dan istri selalu menunggu aku pulang kerja. Itulah yang aku tahu mengenai Yesus.”
Selamat Natal, selamat menghidupi jalan damai bersama Sang Terang.