Puasa, Semakin Mendekatkan Diri Kepada Tuhan

Puasa, mengambil jarak dengan kesenangan

Saya kira, kebiasaan berpuasa dikenal dalam berbagai macam budaya, dan bahkan agama. Dan, tradisi atau kebiasaan berpuasa, memiliki tujuan rohani, yaitu membersihkan diri, menyucikan diri, atau mendekatkan diri kepada Tuhan. Meski sarana perwujudannya adalah dengan menahan diri atau menjauhkan diri atau mengambil jarak dengan kesenangan kita soal makanan, minuman, hobi, atau hiburan jasmani; karena melalui hal-hal tersebut, biasanya kita cenderung memikirkan kesenangan bagi diri sendiri, dan lupa akan sesama dan bahkan pada Tuhan sendiri. Dengan begitu, dengan mengambil jarak dengan kesenangan, kita menjaga batin untuk mengarahkan diri kepada Tuhan. Maka, sebenarnya puasa dan pantang tentu saja, pertama-tama bukan menahan lapar dan haus, karena itu adalah sarananya. Namun, yang terutama adalah semakin mengarahkan hidup kepada Tuhan.

Puasa bukanlah soal menahan diri untuk tidak makan dan minum!

Ya ini pula yang hendak ditegaskan oleh Yesus ketika murid-muridNya ditegur oleh murid-murid Yohanes karena tidak berpuasa, sedangkan orang-orang Farisi justru berpuasa. Namun, Yesus berkata kepada mereka: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama dengan mereka? Tetapi waktunya akan datang ketika mempelai itu akan diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.” Yesus hendak menegaskan kepada mereka bahwa puasa yang baik dan benar, bukanlah soal menahan diri untuk tidak makan dan minum, namun puasa yang baik dan benar adalah ketika orang semakin mengarahkan diri kepada Tuhan. Orang yang bisa mengarahkan diri kepada Tuhan, akan terus memperbaiki diri, dan itulah makna pertobatan yang sejati. Dan orang yang bisa mengarahkan diri kepada Tuhan, akan memiliki sikap kasih yang sejati kepada sesama, terutama dalam hal berbagi kepada yang menderita.

Membawa hidup semakin terarah kepada Tuhan

Maka, bukan sebuah kebetulan bahwa sabda Tuhan hari ini bertepatan setelah kita menerima abu saat Rabu Abu lusa, dan diingatkan lagi tentang makna puasa yang sesungguhnya. Mari kita mohon rahmat, supaya masa Pra Paskah kita bermakna, karena kita tahu dan melakukan, tentang hakekat puasa dan pantang yang sesungguhnya, yaitu membawa hidup kita semakin terarah kepada Tuhan.

oleh : Rm. Yoseph Didik Mardiyanto Pr.

Share the Post:

Related Posts