HUT ke-94 Paroki SPM RRS Randusari Katedral Semarang

Rm. Y.R. Edy Purwanto Pr; didampingi Ekonom KAS, Rm. Albertus Nugroho Widiyono SJ; Vikep Semarang, Rm. F.X. Sugiyana Pr; Rm. Herman Yoseph Singgih Sutoro Pr; Rm. Yoseph Didik Mardiyanto Pr

Megah dan Meriah. Dua kata itulah yang paling tepat untuk menggambarkan perayaan HUT ke-94 Paroki SPM RRS Randusari Katedral Semarang, Minggu (9/10). Perayaan yang mengambil tema “Bersatu Terlibat dalam Sukacita Perwujudan” diawali dengan misa yang dipimpin Vikjen KAS, Rm. Y.R. Edy Purwanto Pr; didampingi Ekonom KAS, Rm. Albertus Nugroho Widiyono SJ; Vikep Semarang, Rm. F.X. Sugiyana Pr; Rm. Herman Yoseph Singgih Sutoro Pr; Rm. Yoseph Didik Mardiyanto Pr dan Frater Alfonsus Rodriquez Dandhi Pratama.

Kemegahan itu sudah terasa saat perarakan para petugas menuju ke altar. Selain petugas liturgi, di barisan pertama ada puluhan bapak-ibu pembawa vandel lingkungan dan wilayah kemudian disusul para penari dan perarakan patung Bunda Maria. Mereka disambut kor gabungan dari wilayah-wilayah di Gereja Randusari Katedral.

Rm. Edy memulai homilinya dari bacaan Injil yang berkisah tentang sepuluh orang kusta. Apa yang dilakukan Yesus terhadap sepuluh orang kusta itu adalah kuasa Allah yang luar biasa. Yesus menyembuhkan mereka secara utuh. Yesus memulihkan fisik, sosial, dan rohani atau iman mereka. Namun, hanya satu orang yang kembali untuk mengucap syukur, itu pun orang asing, orang Samaria yang dianggap sebagai orang dari luar kalangan Yahudi.

“Kita tidak usah menunggu seperti orang kusta untuk mendapatkan keselamatan sempurna dari Allah. Kita diundang untuk bersyukur secara bersama dan secara pribadi atas karunia keselamatan yang kita terima dari Yesus. Lalu, apa dan bagaimana wujud syukur itu?” tanya Rm. Edy. “Kalau ditempatkan dalam hut ke-94 paroki ini, kita bisa membaca pada tema HUT. Di sana ada kata bersatu dan terlibat. Kita akan memberi makna apa terhadap dua kata ini?” lanjutnya.

Bersatu artinya tetap hidup dalam persekutuan atau komunio. Ora ndhewe lan ora ndhewei, tidak menyendiri dan tidak sendiri. Itulah persekutuan. Ora ngadoh, tidak menjauh. Ora nuruti karepe dhewe, tidak menuruti kehendak pribadi saja. Bersyukur bersatu artinya nyedulur lan nguyubi.

Terlibat itu berpartisipasi atau berperan serta, memiliki kesadaran paroki ini adalah milik kita bersama, untuk kita semua. Maka, siapa pun yang menjadi warga Katedral ini turut terlibat dalam gerak bersama umat. Masing-masing pribadi dikaruniai oleh Allah, karunia untuk kepentingan seluruh umat.

“Saya membayangkan, umat yang tidak mau terlibat seperti sembilan orang kusta yang tidak bersyukur kepada Allah walaupun sudah disembuhkan. Orang yang tidak berperan serta, orang cuek terhadap parokinya, mereka tidak bersyukur setelah nyata-nyata diselamatkan Tuhan. Oleh karena itu, kita tingkatkan partisipasi kita, kita teguhkan syukur kita, dan kita makin berperan serta. Dengan demikian, Tuhan akan melipatgandakan rahmat untuk kita,” kata Rm. Edy.

Sebagai tanda perayaan ulang tahun, Rm. Edy memotong tumpeng di akhir misa diiringi lagu Selamat Ulang Tahun. Potongan tumpeng ini selanjutnya diberikan kepada wakil umat.

Usai misa, umat dan para romo berbaur menjadi satu menikmati berbagai sajian yang sudah disiapkan panitia di halaman gereja. Pesta makin meriah dengan aneka hiburan dan saat pengumuman pemenang lomba HUT.

Goen

Share the Post:

Related Posts